00.30
Harnadi Hajri, S.Pd
No comments
I. PENDAHULUAN
Kambing
merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari masyarakat, namun
skala usahanya masih terbatas dengan sistem pemeliharaan dan
perkembangbiakan secara tradisional. Kambing sudah lama diusahakan oleh
masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan
pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya)
relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang
lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau
intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50-150 gr/hari. Ada
tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing,
yaitu : harus mengenal bangsa kambing dan cirri-ciri kambing untuk
bibit, bahan pakan dan cara pemberiannya, serta tata laksana.
Pemeliharaan
ternak kambing sangat mudah karena tidak membutuhkan keterampilan yang
khusus, sehingga peternak baru pun mampu secara cepat belajar manajemen
pemeliharaan. Usaha ternak di pedesaan tidak memerlukan modal yang
besar, karena dapat dilakukan dengan sistem gaduhan (bagi hasil anak),
ataupun dengan pembelian induk yang tidak terlalu mahal bila
dibandingkan dengan ternak besar. Penyediaan sumber pakan hijauan yang
ada di pedesaan umumnya cukup berlimpah, seperti rumput lapangan,
leguminosa, limbah pertanian (limbah sayuran, tanaman pangan,
perkebunan), dan lainnya. Selain itu, dalam berusaha ternak kambing
tidak perlu memiliki lahan yang luas, hanya diperlukan kandang (sesuai
dengan jumlah yang akan dipelihara), pakan yang dapat diambil dari
kebun, lapangan umum atau digembalakan di lahan-lahan umum (lapangan, di
perkebunan, dan tempat lainnya).
II. MENGENAL BANGSA KAMBING
1. Kambing Kacang
Gambar Kambing Kacang
Kambing
ini asli dari Indonesia dan memiliki cirri : badan kecil, pendek,
telinga pendek, tegak, leher pendek, punggung meninggi, bertanduk baik
jantan atau betina, tinggi badan 55-65 cm dan bobot hidup jantan sekitar
25 kg dan betina sekitar 20 kg.
2. Kambing PE (Peranakan Etawah)
Gambar Kambing PE
Kambing
ini merupakan persilangan kambing kacang dengan kambing etawah.
Memiliki tanda-tanda antara lain telinga panjang sekitar 18-30 cm; bobot
hidup dewasa jantan mencapai 40 kg dan betina sekitar 35 kg; tinggi
punggung berkisar antara 76-100 cm; pada jantan, bulu bagian atas dan
bawah leher, serta pundak lebih tebal dan agak panjang, sedangkan pada
betina hanya bagian paha yang lebih panjang. Warna kambing ini
bervariasi dari coklat sampai hitam.
3. Kambing Merica
Kambing
merica banyak terdapat di pulau Sulawesi, tubuhnya lebih kecil dari
kambing kacang dan diduga masih satu keturunan dengan kambing kacang.
4. Kambing Gembrong
Gambar Kambing Gembrong
Kambing
ini banyak terdapat di Pulau Bali, memiliki tubuh lebih besar dari
kambing kacang dan mempunyai bulu yang panjang, terutama yang jantan.
Selain
kambing penghasil daging, ada kambing yang digunakan sebagai penghasil
susu atau kambing tipe perah. Kambing ini mampu menghasilkan susu
walaupun produktivitasnya rendah, namun harga susu kambing lebih mahal
dibandingkan dengan susu sapi,. Berikut ini adalah contoh kambing tipe
perah :
1. Kambing Saanen
Gambar Kambing Saanen
Kambing
Saanen berasal dari Lembah Saanen Switzerland, memiliki tanda-tanda
baik jantan maupun betina tidak bertanduk; warna putih atau krem pucat
atau muda; hidung, telinga, dan ambing belang hitam; dahi lebar; telinga
sedang dan tegak.
2. Kambing Etawah (Jamnapari)
Gambar Kambing Etawah / Jamnapari
Kambing
etawah asli atau dikenal dengan kambing jamnapari berasal dari daerah
Jamnapari India, dengan ciri-ciri hidung melengkung, telinga panjang (30
cm) terkulai, kaki panjang, dan berbulu panjang pada garis belakang
kaki, warna bulu belang hitam putih atau merah, atau coklat putih.
Jantan dan betina bertanduk dengan tinggi badan jantan dewasa mencapai
90-127 cm, dan yang betina dewasa antara 76-92 cm. Bobot badan jantan
dewasa 36-63 kg. Rataan produksi susu kurang lebih 3 liter/ekor/hari
dengan ambing relatif besar dan panjang seperti botol.
3. Kambing Alpine
Gambar Kambing Alpine
Kambing
ini ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk, tubuhnya besar dan
tingginya sama dengan kambing saanen. Warna bulu bermacam-macam, dari
putih sampai kehitam-hitaman dengan warna muka ada garis putih di atas
hidung. Kambing ini dikenal sebagai kambing penghasil susu.
4. Kambing (Anglo)-Nubian
Gambar Kambing Anglo Nubian
Kambing
Anglo Nubian atau sering di sebut kambing Nubian memiliki bulu yang
pendek, berkaki panjang, dan dapat menyesuaikan diri di daerah panas.
Kambing ini merupakan kambing yang subur (beranak kembar) dan ada yang
bertanduk dan ada yang tidak bertanduk.
Untuk
memilih kambing calon bibit, sebaiknya peternak mengenal ciri-ciri
calon bibit, baik pada jantan maupun betina. Calon bibit jantan
hendaknya memiliki : tubuh yang sehat, besar (sesuai umur), relatif
panjang, dan tidak cacat; dada dalam dan lebar, dengan kaki lurus dan
kuat serta tumit tinggi; penampilan gagah, aktif dan besar nafsu
kawinnya; buah zakarnya normal (2 buah sama besar); alat kelaminnya
kenyal dan dapat ereksi; kambing yang digunakan untuk bibit sebaiknya
dari keturunan kembar; bulu bersih dan mengkilat. Seperti halnya pada
jantan, betina calon bibit juga harus sehat, tidak terlalu gemuk dan
tidak cacat, kaki lurus dan kuat dan alat kelamin normal. Sebaiknya
dipilih kambing yang mempunyai sifat keibuan dan memiliki ambing normal
(halus, kenyal, tidak ada infeksi). Sebaiknya dipilih dari keturunan
kembar. Bulu bersih dan mengkilat.
Dalam
maemilih calon bibit, hindari ternak cacat atau tidak normal, antara
lain rahang atas dan bawah tidak rata; tanduk tumbuh melingkar menusuk
leher; hanya mempunyai satu buah zakar, atau mempunyai dua buah tapi
besarnya tidak sama; terdapat infeksi atau pembengkakan pada ambing/buah
susu (untuk betina); kaki berbentuk huruf X atau pengkor; buta atau
rabun, yang dapat diketahui dengan menunjuk-nunjukkan jari telunjuk di
depan matanya, apabila ada reaksi berkedip berarti ternak tersebut
tidak buta; ternak majil/mandul.
Selain
itu, peternak juga harus mampu menentukan umur kambing. Pendugaan umur
dapat dilakukan dengan melihat kartu identitas, dan dapat juga dengan
melihat jumlah gigi seri tetap yang tumbuh. Bila gigi seri tetap belum
ada, kambing berumur kurang dari satu tahun. Apabila sudah tumbuh gigi
tetap sebanyak satu pasang (dua buah), maka diperkirakan berumur 1-2
tahun. Bila terdapat dua pasang, berarti kambing diperkirakan berumur
antara 4-5 tahun. Apabila gigi seri tampak sudah mulai aus atau lepas,
maka kambing tersebut sudah berumur lebih dari 5 tahun.
Jika
akan mengawinkan kambing, maka ternak betina harus dalam keadaan birahi
dan sehat. Ternak kambing jantan dan betina harus di kumpulkan dalam
satu kandang kawin. Perkawinan dapat terjadi 2 atau 3 kali, tetapi
apabila ternak betina tidak mau di kawinkan lagi, berarti ternak betina
tersebut telah bunting dan harus dipisahkan dengan ternak jantan.
Ternak
betina yang bunting mempunyai ciri-ciri nampak lebih besar, lebih gemuk
di bagian perutnya, bulu makin mengkilap, ambing susunya makin
membengkak dan menjadi besar, begitu pula dengan dengan puting susunya.
III. PAKAN DAN PEMBERIANNYA
Pakan
berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, seperti produksi (tumbuh
besar, gemuk, dan susu) dan untuk bereproduksi (kawin, bunting, beranak,
dan menyusui). Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhannya dan
jumlahnya di sesuaikan dengan status fisiologis ternaknya. Sebagai
patokan umum yaitu 10% bahan kering dari bobot badan. Contoh : bila
bobot hidup kambing 25 kg maka pemberian hijauan sekitar 2,5 kg kering
atau 5 kg basah.
Pakan
untuk kambing dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sumber energi,
sumber protein, dan sumber mineral. Sumber energi antara lain jagung,
sorgum, dedak padi, dedak gandum, dedak jagung, ketela rambat, singkong,
onggok, rumput-rumputan dan jerami padi. Bahan pakan yang merupakan
sumber protein antara lain jenis leguminosa glirisidia, turi, lamtoro,
centrocema, dan sisa pertanian seperti : daun kacang, daun singkong,
bungkil kedelai, biji kapas, ampas tahu, ampas kecap dan lain-lain.
Sebagai sumber mineral misalnya air minum yang harus selalu tersedia di
dalam kandang.
Hijauan
dapat disediakan dengan cara mencari di alam atau dapat pula
dibudidayakan. Penanaman dapat dilakukan di areal yang tidak
dimanfaatkan untuk tanaman pertanian, seperti di galengan/pematang
sawah, pinggir jalan, tanah desa, di lereng atau bahkan dapat di tanam
sebagai pagar hidup, atau di areal tanam sebagai monokultur.
Berbagai
jenis hijauan yang dapat digunakan adalah rumput-rumputan (rumput alam,
rumput gajah, setaria, rumput benggala, rumput raja dan lain
sebagainya) dan leguminosa (daun kacang-kacangan, lamtoro, turi,
glirisida, kaliandra, albasia dan lain-lain). Hijauan yang berasal dari
sisa hasil panen seperti daun ubi, daun nangka, daun kacang tanah, daun
kacang kedelai, dan daun pisang juga dapat digunakan sebagai pakan
kambing. Dalam pemberian pakan hijauan, perlu diperhatikan imbangan
antara rumput dan daun leguminosa dikaitkan dengan kondisi fisiologis
ternak. Pada kambing dewasa, pemberian pakan rumput dan leguminosa dapat
diberikan dengan perbandingan 3:4. Namun bila ternak dalam keadaan
bunting, sebaiknya perbandingan rumput dan daun leguminosa adalah 3:2.
Lain halnya bila kambing sedang menyusui, perbandingan sebaiknya 1:1.
Anak kambing lepas sapih diberikan rumput dan daun leguminosa dengan
perbandingan 3:2. Hindari pemberian hijauan yang masih muda. Jika
terpaksa digunakan hendaknya diangin-anginkan selama minimal 12 jam
untuk menghindari terjadinya bloat(kembung) pada kambing.
Pakan
sebaiknya diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), dan diberikan juga
air minum dan garam beryodium secukupnya. Untuk kambing bunting, induk
menyusui, kambing perah, dan pejantan yang sering dikawinkan perlu
ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur berupa campuran dedak,
ampas tahu, dan bahan lain yang tersedia sebanyak 0,5-1 kg/ekor/hari.
Bahan pakan berupa hijauan juga dapat diawetkan pada saat hijauan melimpah, seperti membuat silase atau hay. Jerami padi dan kacang-kacangan dapat dimanfaatkan sebagai pakan kambing di saat musim kemarau.
IV. TATA LAKSANA|
4.1. Kandang
Kandang
terbuat dari bahan yang kuat dan harga murah dengan memanfaatkan bahan
yang tersedia di lokasi. Kandang harus segar (ventilasi baik, cukup
cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah).
Sebaiknya dibuat kandang dalam bentuk panggung dengan sekat yang dapat
dibongkar pasang dan lantai dari bambu atau papan. Di belakang kandang
dibuat penampungan kotoran dan sisa pakan. Sebagai patokan ukuran luas
kandang adalah : untuk jantan dewasa dibutuhkan 1,5 m2, untuk betina dewasa 1 m2, untuk betina menyusui 1,5 m2, anak dan kambing muda 0,75 m2.
Usahakan ada lampu penerang yang dipasang di dalam kandang. Selain itu,
di dalam kandang juga perlu disediakan tempat pakan dan minum.
Model
kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah
kandang menjadi bersih karena kotoran jatuh ke bawah, kebersihan ternak
lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, dan pertumbuhan kuman dan
parasit jamur dapat ditekan. Namun demikian, beberapa kelemahan dari
kandang panggung antara lain biaya relatif mahal, resiko ternak
terperosok atau jatuh, dan kandang memikul ternak lebih berat.
4.2. Pengelolaan Reproduksi.
Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam 2 tahun. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Kambing
mencapai dewasa kelamin pada umur 6-10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan
pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapa 55-60 kg.
b. Lama birahi 24-45 jam, siklus birahi berselang selama 17-21 hari.
c. Tanda-tanda
birahi: gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan,
sering kencing, kemaluan bengkak dan mau atau diam bila dinaiki. Bila
birahi pagi, maka esok atau sorenya harus dikawinkan
d. Perbandingan jantan dan betina 1:10.
e. Dengan pengelolaan yang baik, kambing dapat beranak 7 bulan sekali.
f. Pekawinan kembali setelah melahirkan 1 bulan kemudian
g. Penyapihan anak dilaksanakan pada 3-4 bulan.
Mengawinkan Ternak:
Saat
yang baik untuk mengawinkan kambing adalah 12-18 jam setelah
tanda-tanda birahi muncul. Campurkan betina berahi dan pejantan dalam
satu kandang. Hindari perkawinan sedarah atau garis keturunan yang sama
antara jantan dan betina atau yang masih dekat hubungan kekerabatannya
(anak dengan bapak, anak dengan induk, atau antar saudara kandung).
Ternak Melahirkan:
Tanda-tanda induk akan melahirkan:
a. Pinggul mengendur.
b. Ambing tampak besar dan puting susu terisi penuh.
c. Alat kelamin (vulva) membengkak kemerah-merahan dan lembab.
d. Gelisah, menggaruk-garuk tanah atau lantai kandang dan sering mengembik.
e. Nafsu makan menurun.
Persiapan Perawatan Kelahiran:
a. Bersihkan kandang.
b. Sediakan alas yang kering dan bersih untuk menyerap cairan yang keluar selama proses kelahiran (jerami atau karung goni).
c. Sediakan jodium tinctur untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar
Proses Kelahiran :
a. Kantong ketuban pecah.
b. Beberapa saat kemudian anak mulai keluar.
c. Setelah anak lahir, potong tali pusar dan oleskan jodium tinctur pada bekas potongannya.
d. Biarkan
induk menjilati anak yang baru lahir. Jika induk tidak mau menjilati,
bersihkan cairan yang menempel dengan menggunakan kain lap yang bersih
dan kering.
e. Bersihkan lubang hidung dan mulut anak kambing yang baru lahir agar mudah bernafas
Perawatan anak yang baru lahir:
a. Setelah lahir, anak akan segera menyusu pada induknya. Sebaiknya anak dibantu untuk dapat segera menyusu ibunya.
b. Anak yang tidak segera menyusu dalam waktu 12 jam setelah lahir harus segera diberi susu pengganti kolostrum.
Pembuatan susu kolostrum buatan:
Campurkan
0,25-0,5 liter susu sapi atau susu bubuk dengan 1 sendok teh minyak
ikan, 1 butir telor ayam dan setengah sendok makan gula pasir. Berikan
dengan cara dicekok 3-4 kali sehari.
4.3. Pengendalian Penyakit
Hendaknya
ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik,
makanan yang cukup gizi, dan vaksinasi. Adapun penyakit yang sering
menyerang ternak kambing adalah :
a. Kurap/Kudis (Scabies)
Penyakit
ini disebabkan oleh parasit kulit (termasuk kutu). Tanda-tanda yang
diperlihatkan adalah: gelisah karena gatal, bulu rontok, kulit merah dan
menebal. Tempat yang sering diserang yaitu muka, telinga, pangkal ekor,
leher, dan bagian lainnya. Pencegahan dilakukan dengan menjaga
kebersihan kandang dan ternak, serta memisahkan ternak sakit dari ternak
yang sehat.
b. Kembung Perut (Bloat/Thympani)
Penyakit
ini disebabkan oleh gas yang timbul karena makanan (rumput muda).
Tanda-tanda yang diperlihatkan antara lain : perut sebelah kiri
membesar, nafas pendek dan cepat, serta tidak mau makan. Pencegahan
dilakukan dengan tidak memberi rumput muda. Bila terjadi, beri ternak
kambing larutan gula merah dan asam jawa, dan keluarkan gas dengan
menguras perut kambing. Apabila ada ternak yang sakit, pisahkan dari
kelompoknya.
Komentar
Posting Komentar